Mengenai Saya

Foto saya
S E D E R H A N A dan S E A D A N Y A

FILM 2012 DAN PENDANGKALAN AQIDAH

Oleh. A. Firdaus

Fakta telah mengungkap, pergolakan antara kebenaran dan kebathilan adalah suatu hal yang tak dapat dipungkiri saat ini. sebuah buku karangan Ahmad Thomson yang berjudul Dajjal – The AntiChrist mengatakan bahwa dunia yang sedang kita jalani dewasa ini sejak hampir satu abad yang lalu telah menjadi sebuah Sistem Dajjal. Peradaban dunia semenjak raibnya sistem Islam, perlahan tapi pasti telah mengarah dan membentuk diri menjadi sebuah peradaban yang sarat dengan Dajjalic Values. Kian hari kian nyata bahwa nilai-nilai Ilahi yang suci dan mulia secara sistematis mengalami marginalisasi alias penghapusan.

Sedemikian hegemoniknya sistem Dajjal sehingga apabila dalam waktu dekat oknum Dajjal muncul ke tengah umat manusia, maka ia akan segera dinobatkan menjadi pemimpin sistem tersebut. Sebab sistem yang dibangun dengan sebutan Novus Ordo Seclorum (the New World Order) ini sangat compatible dengan karakteristik oknum Dajjal. Berbagai lini kehidupan telah dirancang dan dibentuk agar cocok dengan the arrival of the AntiChrist (kedatangan Dajjal). Segenap lini kehidupan manusia yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, pendidikan dan hukum dijauhkan dari nilai-nilai Islam. Bahkan aspek entertainment pun diarahkan untuk menyambut kedatangan Dajjal.

Sebuah fenomena yang perlu diwaspadai akhir-akhir ini, ketika sebagian besar orang dihebohkan dengan peluncuran film box office yang mampu menyedot perhatian sebagian besar penduduk planet bumi, yaitu film berjudul ‘2012’. Buktinya, hari-hari ini banyak orang berbondong-bondong ingin menyaksikan film yang dibintangi oleh John Cusack ini. Bahkan ada yang rela antri berjam-jam untuk menyaksikannya. Film yang mengangkat tema hari kiamat yang akan terjadi di 2012 sebenarnya sudah beberapa kali diangkat di dunia perfilman seperti film ‘The Day After Tomorrow’ tahun 2004 silam atau Knowing tahun 2009. Tetapi berbeda dengan film sebelumnya, ‘2012' garapan sutradara Roland Emmerich tersebut lebih menyuguhkan visual efek yang fantastis. Tak heran hanya dalam waktu tiga hari, film kontroversial ini nyaris sudah mendekati break event point, yakni meraup pendapatan sebesar US $225 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun lebih. Bahkan Columbia Pictures, distributor film ini menyebut kalau film yang bercerita tentang akhir zaman itu menjadi film terlaris sepanjang sejarah.

Antusiasme penonton di seluruh dunia terhadap film ini disebabkan kontroversi tema yang menjadi fokus utama ketimbang isi filmnya sendiri. Apalagi ditambah dengan adanya segelintir tokoh masyarakat yang terprovokasi dengan film ini dan menyerukan agar pemerintah melarang pemutarannya, dan pada kenyataannya logika masyarakat sekarang ini “rada aneh”: semakin dilarang, maka produk itu semakin dicari dan makin laku. Larangan hanya akan menambah popularitas film ini sendiri dan hasilnya justru akan kontraproduktif. Ada apa sebenarnya dengan film ini?

Film yang digarap selama enam bulan di Vancouver-Kanada ini ini merujuk pada beberapa ramalan antara lain : ramalan Nostradamus, kalender Indian Maya Kuno, kalender Cina Icing yang meramalkan bahwa kehidupan dunia akan berakhir di tahun 2012.

Isu tentang “Kiamat 2012” sangat terkait dengan ramalan suku Maya sebagaimana digambarkan dalam salah satu penanggalan kunonya yang menyatakan jika pada 21 Desember 2012 akan terjadi pergantian abad yang ditandai dengan “pembersihan bumi”. Dalam peristiwa ini, umat manusia akan memulai satu abad yang sama sekali baru. Ramalan suku Maya memang sangat diperhatikan banyak kalangan, dari akademisi hingga kalangan supranatural, disebabkan bangsa ini memang terkenal dengan keakuratan sistem penanggalannya.

Benarkah Suku Maya menyatakan 21 Desember 2012 sebagai Hari Kiamat? Ternyata pernyataan tersebut dibantah dan menimbulkan kontroversi diantara para peneliti penanggalan Maya itu sendiri. Menurut Lawrence E. Joseph (CEO Aerospace Consulting Corporation yang berbasis di New Mexico) yang juga dikuatkan oleh peneliti-peneliti sistem penanggalan Maya dunia lainnya seperti Jose Arguelles, Robert K. Stiller dan lain-lain, mereka menyatakan jika di paruh akhir tahun 2012 merupakan satu perpindahan zaman dan akan terjadi bencana alam. entah benar atau tidak.

Suatu hal yang perlu dipahami bahwa secara tidak langsung film ini ingin mengkondisikan umat manusia untuk meyakini bahwa the end of time atau apocolypse artinya hari Kiamat bakal terjadi pada tanggal tertentu yang sudah bisa diprediksi. Ini merupakan suatu ramalan yang sangat berbahaya dari sudut pandang aqidah Islam. Karena hari kiamat merupakan perkara ghaib yang telah menjadi ketetapan Allah yang harus diyakini dengan pemahaman Islam yang lurus.

Manusia terbaik sepanjang sejarah, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Malaikat Jibril tentang kapan datangnya hari kiamat, Rasulullah menjawab bahwa yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya. Hadis itu menegaskan pada kita bahwa Rasulullah pun ‘manusia yang paling mulia di hadapan Allah tak mengetahui kapan hari kiamat terjadi karena itu adalah rahasia Allah dan Dia-lah yang maha mengetahui. Bahkan dengan tegas Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam Al Qur’an Surah Al Ahzab: 63 “ Apabila Manusia bertanya kepadamu (Muhammad) tetntang hari kiamat. Katakanlah, “Ilmu tentang hari Kiamat itu hanya di sisi Allah”.

Pada ayat yang lain Allah mengingatkan juga kepada manusia bahwa hari kiamat merupakan rahasia Allah yang akan terjadi secara tiba-tiba, tanpa melalui prediksi dan ramalan yang marak melanda ummat manusia saat ini, Allah berfirman: ”Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Kapankah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS Al-A’raaf: 187)

Penjelasan ayat tersebut jelas bertentangan dengan film ‘2012’, karena siapapun meyakini bahwa hari kiamat akan terjadi tahun 2012, berarti ia telah menggadaikan eksistensi aqidahnya. Sebab setiap manusia harus senantiasa meyakini bahwa hanya Allah yang Maha Tahu perkara nyata maupun ghaib.

Sisi lain film ‘2012’ ini ternyata berakhir dengan masih adanya segelintir manusia yang dapat survive atau bertahan hidup sesudah dahsyatnya peristiwa hari kiamat. Artinya, secara tidak langsung ide di balik film ini tejadi penyimpangan aqidah di dalamnya, karena telah menggiriring penonton mengingkari hari kiamat dalam perspektif aqidah Islam. Islam mengajarkan bahwa hari Kiamat merupakan the day of total destruction of the whole universe by Allah the Al-Mighty Creator (hari penghancuran total alam semesta atas kehendak Pencipta Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wa ta’ala). Pada saat Malaikat Israfil meniup sangkakala pertama kali sebagai tanda kiamat berlangsung, maka seluruh makhluk yang bernyawa akan dimatikan oleh Allah. Sebagaimana yang telah Allah kabarkan kepada manusia dalam Al Qur’an:

”Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS Az-Zumar ayat 68)

Suatu hal yang perlu dipahami bahwa gagasan mendasar di balik film ini ialah secara implisit mempromosikan kehadiran Sang Penyelamat Dunia Palsu yang digambarkan sebagai Pemimpin dan Pelindung para survivors (orang-orang yang berhasil selamat melewati hari kiamat ‘2012’). Sungguh, ketika hal semacam ini telah diyakini kebenarannya maka hal tersebut akan menghancurkan aqidah seseorang dan akan menyesatkannya dengan kesesatan yang nyata.

Sikap mempercayai adanya pihak selain Allah yang mengetahui perkara ghaib bisa mengantarkan seseorang terjatuh dalam kesyirikan, sebab ia rela mengalihkan kepercayaannya dalam perkara ghaib kepada pihak selain Allah. Isyarat tentang waktu terjadinya hari Kiamat dari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam adalah beliau hanya menyampaikan bahwa hari kiamat bakal terjadi pada hari Jumat. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:“Dan tidak akan terjadi hari Kiamat kecuali pada hari Jum’at.” (HR Muslim). Namun tanggal, bulan dan tahun berapa? Wallahu a’lam. Hanya Allah Yang Maha Tahu.

Olehnya itu telah menjadi sebuah ketetapan Allah bahwa hari kiamat pasti akan terjadi, tetapi tak seorang pun yang dapat mengetahui waktu terjadinya, maka suhd seharusnya setiap insan yang bernyawa untuk mempersiapkan diri menanti datangnya keputusan Allah dengan segala hikmah-Nya. Wallahu a’lam bish shawab.

Entri Populer

Minggu, 27 Maret 2011

Surat Dari Ibu


Bumi Allah, 07 N0vember 2009                                                  Kutitip Surat Untukmu Nak!
Buah hatiku…
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bagaimana kabarmu Sayang… ibu harap ananda selalu dalam lindungan Allah. Ibu terpaksa menulis pesan ini… rasa kangen di dada ibu ini rasanya tidak tertahankan lagi Sayang. Ibu meminta maaf kalau kedatangan surat ini mengganggu ananda. Sungguh… tidak ada niat ibu seperti itu… hanya untuk melepas kangen ibu sama ananda.
Sayang… ingin rasanya ibu menjengukmu ke sana. Wajahmu selalu muncul di mimpi ibu. Tapi niat itu selalu ibu kubur dalam-dalam. Hanya satu alasan ibu Sayang… ibu ingin ananda bisa mandiri… ibu ingin ananda bisa merenungi kesendirian tanpa kehadiran ibu disamping ananda
Anakku yang ibu sayangi… ibu sangat bangga dengan ananda. Disaat teman-temanmu mengisi hari-harinya dengan bermain dan bersenda gurau,… ananda justru belajar di tempat yang jauh dari ibu. Dan itu suatu pertanda bahwa Allah menghendaki kebaikan pada dirimu nak! Sungguh senang… sekali hati ibu ini. Ibu berharap acara ini bisa mendorong ananda menjadi orang yang shalih… sebagaimana yang ibu harapkan ketika ibu berjuang untuk melahirkan ananda.
Ketika wajah lucu ananda yang mungil baru muncul di dunia ini, hanya satu do’a ibu saat itu…
“Ya Allah… Engkaulah yang menggenggam takdir anakku ini. Aku mohon ya Allah jadikan anak yang ada di hadapanku sebgai anak yang shaleh. Ya Allah…Jadikanlah ia anak yang bisa membahagiakanku kelak dihadapan-Mu. Pertemukan kami kelak di surga-Mu ya Allah… jangan Engkau pisahkan kami ya Allah. Jangan biarkan aku memasuki surga-Mu tanpa anak ini di sampingku”.
Ananda… sampai saat ini ibu masih mengulangi do’a itu. Ibu sangat berharap do’a itu menjadi sebuah kenyataan. Dan sekarang ibu mulai yakin bahwa ananda adalah anak yang shaleh. Kesediaan ananda mengikuti acara ini membuat ibu yakin bahwa do’a itu insya Allah suatu saat akan menjadi sebuah kenyataan. Sungguh bahagia sekali hati ibu…!
Anakku yang shaleh… ibu tidak tau berapa lama lagi ibu diberi umur oleh Allah. Ibu merasa sudah tua. Ibu merasa tidak berapa lama lagi            malaikat maut akan datang menjemput ibu. tak satu pun yang tau Nak, kapan datangnya keputusan Allah. Mungkin pesan ini adalah pesan terakhir untukmu Nak! Mungkin besok ketika ananda pulang, ibu sudah tidak ada lagi di rumah. Maafkan ibu ya sayang…! Kalau selama ini ibu banyak salah pada ananda. Maafkan ibu kalau ibu sering marah pada ananda, menyuruh ananda ibadah, mengaji , belajar, shalat, yang mungkin ananda merasa tidak suka. Jangan dendam pada ibu ya sayang. Bantu ibu denga do’a-do’amu nak! Hanya do’a yang ibu harapkan dari ananda, hanya do’amu sayang,..!
Ananda tersayang… ibu yakin nak, engkau sudah beranjak dewasa, engkaulah sendiri yang dapat menentukan masa depanmu. engkau pasti sudah tau yang benar dan yang salah, yang halal dan yang haram. Renungilah dosa-dosa dan kemaksiatan yang telah engkau lakukan selama ini.
Anakku sayang, ibu yakin nak.., betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang telah engkau lakukan, tapi mungkin ananda menganggap itu hal yang biasa-biasa saja. Renungilah sayang… apa yang telah terjadi pada dirimu selama ini…
Saat Syahadatmu hanya sebatas ucapan…
Saat Shalatmu hanya sebatas gerakan…
Saat Puasamu hanya sebatas kewajiban…
Saat Sedekahmu hanya sebatas keharusan…
Saat hartamu hanya sebatas kebanggaan…
Maka saat itu pula, kesia-siaan ada pada dirimu nak…!

Saat Islam-mu hanya sebatas pengakuan…
Saat Iman-mu hanya sebatas ucapan…
Saat Ihsan-mu hanya sebatas pengetahuan…
Maka saat itu pula ada penipuan yang terbesar ada dalam dirimu nak…!

Anakku… Sayang…! tak seorang pun yang tau nak, kapan kematian itu akan datang menjemputmu. Mungkin lusa? besok? Atau bahkan sebentar? Itu adalah rahasia Ilahi yang bisa terjadi kapan saja. Janganlah engkau menjadikan dirimu orang-orang yang terbuai dengan kenikmatan dunia. Janganlah engkau diperbudak oleh keindahan dunia saat ini nak, karena semua itu hanya sementara yang akan berakhir dengan sebuah kehancuran. Renungilah sayang… kelalaianmu selama ini…
Saat kematian kau anggap hanya cerita…
Saat neraka kau anggap hanya berita…
Saat adzab kau anggap hanya sebuah kata…
Maka saat itu pula kesombongan terbesar ada pada dirimu nak…!

Saat takdir kau anggap tak mungkin…
Saat hidup kembali kau anggap mustahil…
Saat Allah kau anggap nihil…
Maka pada saat itu pula kedurhakaan terbesar ada pada dirimu nak…!

Ananda tersayang… ibu titip pesan terakhir. Kematian itu pasti datang nak! Apa yang telah engkau persiapkan sayang? Sementara dosa-dosamu begitu banyak. Apa yang akan ananda katakan di hadapan Allah, ketika Allah meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang telah engkau lakukan? Ingat nak, balasan Allah adalah sebuah kepastian, apakah kamu ingin meraih surga Allah yang penuh kenikmatan? atau justru ingin menjerumuskan dirimu ke dalam neraka jahannam? Cuma kamu yang bias menentukan pilihan itu Nak! Karena Allah tidak akan mengubah keadaanmu sekarang ini kecuali engkau yang akan berusaha mengubah keadaanmu sendiri…
Jaga dirimu dengan baik ya Sayang. Sayangi dirimu sebagaimana ibu menyayangimu. Ibu ingin melihatmu bahagia Nak! Semoga ananda bisa menjadi sosok pribadi muslim yang shaleh… Amiiin
Wassalam..

Selasa, 08 Maret 2011

RELEVANSI PENGKADERAN DAN IDEALISME MAHASISWA


Oleh: A.Firdaus

Seorang bocah suku Thonga yang telah berusia antara 10 hingga 16 tahun, dia dikirim oleh orang tuanya ke ‘curcumcision school’ yang diselenggarakan tiap 4 atau 5 tahun sekali. Ritual inisiasi ini dimulai dengan berlarinya setiap bocah dalam garis panjang yang di sana telah berbaris para laki-laki dewasa yang akan memukuli mereka dengan tongkat kayu di sepanjang perjalanan. Di akhir perjalanan, baju sang bocah akan dilucuti dan rambutnya dicukur habis. Dia harus menjalani tiga bulan masa inisiasi untuk menjalani enam ujian utama: dipukuli (oleh laki-laki dewasa yang telah dilantik), bertahan dalam cuaca dingin tanpa baju dan selimut, kehausan, makan makanan yang tidak enak, dihukum dengan meremukkan jari ketika ketahuan melanggar aturan, dan terancam tewas selama menjalani ritual. Suku tertua di Afrika Selatan ini masih memelihara tradisi perploncoan untuk anak laki-laki yang ingin mendapat pengakuan sebagai seorang laki-laki dewasa. Sungguh
mengerikan, tapi ini adalah sebuah kenyataan.
Penggalan cerita tersebut mengingatkan kita pada ritual tahunan yang ‘hampir mirip’  secara simbolik dengan ucapan ‘selamat datang’ kepada mahasiswa baru (baca:maba) yang biasa digelar di beberapa kampus di negeri ini.
Bulan ini adalah saat di mana para mahasiswa baru di banyak kampus mulai merinding hebat, Ospek sudah dekat. Orientasi studi dan pengenalan kampus yang dikenal dengan sebutan ‘ospek’ atau dengan kemasan istilah yang berbeda-beda memang pada umumnya identik dengan kekerasan, Ospek yang disebut-sebut sebagai pengkaderan maba telah banyak menuai kritik dan penentangan dari masyarakat kampus. Betapa tidak, wajah pengkaderan mahasiswa dari tahun ke tahun masih memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari sistem pengkaderan yang yang dianut hingga hari ini. parasnya masih sangat “sederhana” dan “bersahaja” untuk konteks dunia yang semakin mengglobal. Bentakan, cemoohan, dan sesekali ’tappe’ tampaknya masih saja menghiasi wajah generasi penerus kita saat ini.
Sesuai dengan namanya, tujuan awal dari pengkaderan maba adalah untuk membantu mahasiswa baru mengenal program studi dan kampusnya? Iya, memang. Tapi konsep ospek yang dijalankan saat ini telah disetting, didesign dan dimodifikasi sedemikian rupa dari model pengkaderan yang sebenarnya.
Apa yang salah dari pengkaderan mahasiswa? Jika kita telusuri lebih dalam, ternyata semua itu berada pada wilayah paradigma (cara pandang). Selama ini para senior masih saja menggunakan gaya lama, dan terus melestarikan peninggalan mahasiswa terdahulu . Belum ada perubahan signifikan di sini, karena para pengkader itu masih menganggap warisan senior-seniornya bagaikan benda bertuah yang tidak boleh tidak, harus dilestarikan. Seharusnya kita belajar dari negara luar yang mengkader para mahasiswa barunya dengan memperkenalkan pada budaya akademik serta menjaga rasa aman mereka dalam belajar.
Memang inilah ironisnya pengkaderan. Di satu sisi, mahasiswa menganggap bahwa ide ’cerdas’nya layak untuk diaplikasikan pada mahasiswa baru, akan tetapi dalam perjalanannya ada saja ketimpangan di dalamnya. Seperti yang sudah sering terjadi bertahun-tahun silam. Ospek telah mengakibatkan maba cedera, cacat seumur hidup bahkan terenggut jiwanya secara ’terpaksa’. Ketika semua itu terjadi, siapa yang bertanggungjawab?
Melihat fenomena kekerasan yang terus mewarnai pengkaderan maba setiap tahunnya mengundang inspirasi para petinggi beberapa perguruan tinggi di Indonesia berinisiatif menghilangkan ospek yang diwarnai kekerasan tersebut.  Salah satu perguruan tinggi ternama di Makassar  yang telah menghilangkan ospek sejak tahun 2006 yang lalu menuai kritik habis-habisan hingga saat ini, tidak sedikit mahasiswa senior yang mengajukan argumen tentang mengapa ospek harus dihapuskan. Mereka memprotes kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak rektorat itu, karena dinilai mematikan lembaga mahasiswa. Sehingga dibalik kebijakan itu, masih saja ditemukan pengkaderan maba yang kurang lebih sama dengan sebelumnya.
Suatu masalah yang cukup krusial dalam pandangan masyarakat umum saat ini, ketika mahasiswa dengan lantang memproklamirkan anti penindasan, banyak kejadian penting yangn menorehkan garis horizon diatas nama mahasiswa itu sendiri, bahkan mahsiswa menempati posisi strategis di mata masyarakat yang dipandang sebagai sosok idealis dan akademis. Namun eksistensi mahasiswa perlu disoroti ketika mereka menjadi penggerak skenario atau bahkan jadi ‘sutradara’  dalam pentas kekerasan ini, seakan mengungkap keadaan mahasiswa terpatok dalam sistem yang terkungkung erat, tidak kreatif, dan cenderung pragmatis, sikap hedonis yang telah membudaya karena cenderung mengagung-agungkan budaya barat sebagai budaya yang ‘perfect’ cocok buat Indonesia.
Pengkaderan selama ini memang jarang yang lebih mengarahkan ke fungsi dan peran mahasiswa ideal sebagai Iron stock, agent of change, dan Moral force. Penekanan lebih ke arah bagaimana mereka menghadapi tantangan dan masalah serta mencari solusi atas semua masalah itu. Satu hal yang menarik kita renungkan, bukankah ketika kita menyambut kawan-kawan maba yang masih ‘lugu’ dengan warna kekerasan, diakui atau tidak, sebenarnya merupakan bentuk perlawanan terhadap nurani? Siapapun, sepanjang masih mengedepankan rasionalitas dalam berpikir, akan merasakan suatu pertentangan secara diametral dengan hati kecil mereka. Karena pada dasarnya mahasiswa menolak kekerasan, namun yang terjadi hanyalah bentuk-bentuk represif persuasif yang terjewantahkan dalam dalam kontinuitas keseharian mahasiswa.
Fenomena tersebut menambah daftar kewajiban kita untuk menambah pemahaman tentang pengendalian insting dengan akal, ilmu, dan iman. Kemudian mencoba merevisi atau mengganti format pengkaderan dengan yang lebih baik, yang dapat menunjukkan relevansi pengkaderan maba dengan lahirnya idealisme mahasiswa. Sedikitnya ada 4 point penting yang harus ditekankan pada pengkaderan maba untuk melahirkan mahasiswa yang ideal:
Pertama, materi life skill dan organisasi, fokus yang dibangun di sini adalah pengkaderan berbasiskan kesadaran. Karena yang perlu ditanamkan dari awal di benak maba adalah kesadaran pengenalan diri.  Juga perlu diperkenalkan organisasi. Jangan sampai mahasiswa hanya mentok pada bangku kuliah saja. Tentu beda seorang mahasiswa yang cerdas-organisatoris dengan mahasiswa yang pasifis. Materi ini lebih efektif daripada bentakan dan cemoohan yang tidak jelas. Bagaimana mungkin bisa jadi intelegensia kalau moralitas saja lemah.
Kedua, ketauladanan dari senior yang merupakan master plan mereka dalam menjajaki kehidupan baru di kampus. Senior yang baik adalah yang membimbing mabanya menjadi baik. Ia seperti seorang guru yang membantu sang murid mencapai cita-citanya. Masalahnya kemudian, masih ada beberapa kasus di lapangan yang para senior main hakim sendiri. Maba dibuat seperti mainan yang bisa diapakan saja. Lebih parahnya lagi, jika ‘pengkaderan’ ini sudah mengarah pada pemukulan fisik. Ini banyak terjadi. Mungkin karena sebuah ‘dendam’ yang tak tersalurkan di masa lalu, sehingga ketika masa yang dinantikan itu tiba, saat label senior telah melekat pada dirinya, maka junior menjadi sasaran empuk untuk ‘menyalurka hajat’ tak heran jika sesekali tendangan dianggap sesutu yang wajar sebagai ucapan selamat datang kepada mereka. Sungguh kasihan si maba yang malang itu, ingin maju malah kena tinju!
Ketiga, titik tolak untuk berubah, pengkaderan sebagai suatu proses untuk beradaptasi dan juga merubah pola pikir mahasiswa dari pola pikir siswa menjadi pola pikir mahasiswa yang katanya mahasiswa itu kritis. Di sini kita bisa menumbuhkan idealisme mahasiswa dengan menamamkan sikap disiplin yang bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari-harinya. ingat pengkaderan bukan hanya sebagai ajang untuk menciptakan kader suatu institusi tetapi sebagai ajang untuk mengubah pola pikir kader menjadi lebih baik dan dapat diterapkan selamanya bukan hanya pada saat dia berada di institusi itu.
Keempat, bersifat religius, jika format pengkaderan maba didasari oleh pemahaman agama (baca: Islam), maka akan terlahir kader-kader anak bangsa yang ideal, akan muncul sosok mahasiswa yang kritis, akademis, dan idealis. Dengan menjadikan Islam sebagai tiang awal kita untuk mengkader maka kekerasan tidak akan terjadi lagi.
Pengkaderan yang baik itu penting, bukankah manusia akan semakin termotivasi belajar jika ia dalam keadaan senang? Maka dari itu, alangkah baiknya juga para senior yang terhormat, yang memiliki segudang teori ilmu pengetahuan serta pengalaman, membawa mereka sampai ke gerbang penantiaannya.
Tentunya semua itu bisa terlaksana dengan jika dilandasi dengan spirit keikhlasan dalam dada. Jangan ada dendam kesumat dengan sebuah kedzaliam dan tindak kekerasan karena Allah telah menjelaskan kepada kita: ”Dan bagi orang-orang yang dzalim (pelaku kekerasan) itu tidak ada seorangpun pelindung dan tidak ada pula penolong baginya” (QS. Al Hajj: 71). Rasulullah Shallalahu ’alaihi wasallam juga pernah bersabda: ”Takutlah kalian pada kedzaliman, karena kedzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat”
Jika dulu pernah disakiti, maka lebih mulia membalas itu dengan cinta. Cinta yang tulus dari dasar jiwa akan membawa manusia pada kesadaran bahwa hidup haruslah berarti. Sunggu Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, dan Allah akan membalasnya. Wallahu A’lam bish Shawab. 

Menanti Idealisme Mahasiswa di Zaman Neolitikum Modern


A. Firdaus

      Tentu masih nyantol di ingatan kita secuil pelajaran sejarah, konon katanya dahulu kala ada yang dikenal zaman Neolitikum, Megalitikum, Mesolitikum atau lebih akrab dengan sebutan zaman batu. Para ahli sejarah menyebutnya zaman batu karena pada saat itu batu merupakan suatu yang sangat istimewa, segala sesuatu peralatan yang digunakan oleh manusia adalah dari batu, mulai dari kampak untuk menebang pohon sampai pada peralatan rumah tangga.
Memasuki abad modern perlahan-lahan peradaban itu sudah ditinggalkan. Semua peralatan yang digunakan oleh manusia, lebih bersifat praktis dan fungsional. Dan seakan-akan batu bukanlah sebuah benda yang bermakna.
      Beberapa bulan terakhir ini, fenomana zaman batu muncul lagi, seolah-olah kebanggan manusia di zaman prasejarah itu di bangkitkan lagi. Tak heran jika hujan batu sering terjadi disudut-sudut kampus, di jalan protokol, di depan gedung instansi pemerintahan dan tempat lainnya. Namun sungguh sangat disayangkan batu-batu tersebut bukan lagi dimanfaatkan untuk kehidupan manusia tapi justru sebaliknya. Ya, mungkin inilah dimulainya masa kejayaan zaman batu lagi, yaitu suatu "zaman Tawuranitikum”, dimana batu kembali dianggap menjadi sesuatu yang penting bagi manusia, khususnya di kalangan mahasiswa. seakan benda ‘bertuah’ itu menjadi sesuatu yang solutif praktis untuk menyelesaikan masalah dan tidak jarang digunakan sebagai sarana mengungkapkan ekspresi kekesalan dan menyalurkan aspirasi yang terpendam. 
Mahasiswa dan Zaman Batu Modern
      Seandainya pelopor kebangkitan zaman batu modern ini adalah orang yang punya ‘keterbelakangan mental’, tentu saja ini bukanlah sebuah masalah yang kontroversial, namun sayangnya aktor dan sutradara dari pentas hujan batu ini adalah pemegang tongkat estafet ‘terbaik’ bangsa ini, yakni mahasiswa.
      Berbicara tentang action mahasiswa, merupakan salah satu  wacana yang laris dan mendapat respon sekaligus kontradiktif dalam pemikiran masyarakat saat ini, bahkan setiap waktu selalu mencuat ke permukaan lalu gencar diperbincangkan orang, baik  melalui media tulisan, reportase, forum seminar, maupun dialog interaktif secara formal. Mulai dari para akademisi, politisi, negarawan maupun rohaniawan tak urung ketinggalan. Menurut sebagian orang, prilaku mahasiswa dianggap sebagai sebuah diskursus dan tidak ada persoalan, tetapi pada ranah empirik-sosiologis mungkin sekali masih banyak persoalan yang belum terselesaikan, artinya teks yang bersifat interpretable itu masih membelenggu generasi terbaik bangsa ini.
      Mahasiswa dengan sederet titel sosial mulai dari agent of change dan social control. Mahasiswa merupakan insan akademis yang mempunyai tingkat intelektualitas tinggi dimana budaya ilmiah selalu menjadi alternatif dalam pemecahan masalah. Bahkan, menurut sebagian besar masyarakat menyebut mahasiswa adalah orang yang serba bisa, kaum elit dan terhormat dibanding dengan kaum muda lainnya. Dengan kelebihan dan keterbatasan yang mereka miliki, secara perlahan namun pasti mampu merubah keadaan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Mahasiswa, adalah kekuatan bangsa karena kemampuan menghidupkan sebuah konser kehidupan yang baru, ditengah kebisuan dan ketakutan yang mencekam. Singkatnya, mahasiswa adalah sosok yang idealis.
      Namun citra mahasiswa sekarang mulai tergeser akibat prilakunya sendiri, kita pun tidak bisa menutup mata dan telinga dari sisi lain sikap mahasiswa. Di balik deretan titel dan penghargaan terhadap mahasiswa teryata tidak semuanya berbuah manis dan sesuai harapan. Di tengah tepuk tangan yang meriah dan sambutan yang membahana akan kesuksesan yang telah diukir masih menyisipkan kejanggalan. Maraknya pemberitaan melalui media cetak maupun elektronik menunjukkan betapa ironisnya prilaku mahasiswa akhir-akhir ini. Di beberapa kampus di negeri ini dari Sabang sampai Merauke banyak sekali terjadi tawuran antar mahasiswa.
      Kita menyadari bahwa mahasiswa adalah sosok yang padat dengan keinginan, kehendak dan idealisme yang tinggi sekaligus emosi yang meledak-ledak. Dan mungkin itu yang menjadi kekuatan sekaligus kelemahan yang dimikinya. Berbagai macam alasan mahasiswa melakukan aksi seperti ini mulai dari mengkiritisi atau menolak kebijakan pemerintah yang kurang representatif, kebijakan kampus yang kurang populis bagi mahasiswa. Namun tak jarang demontrasi ini berujung pada bentrokan dalam beragam skala. Di bawah ini demonstrasi yang berujung bentrokan antar mahasiswa dengan aparat.
      Selain demonstarasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat. Kejanggalan dilakukan pula oleh mahasiswa yakni tawuran yang terjadi dikalangan mahasiswa, dan yang paling parah tawuran ini bermula dari dari konflik personal yang sepele kemudian dibawa ke dalam konflik kelompok, pada akhirnya aksi saling lempar batu pun dianggap sebagai sesuatu yang wajar terjadi dan menyebabkan kerusakan sejumlah fasilitas yang dibutuhkan oleh banyak pihak.
      Namun alangkah bijaknya jika mahasiswa sebagai kaum intelek mengembalikan akar konflik/perbedaan tersebut pada petunjuk agama (baca: Islam), sebagaimana yang diserukan oleh Allah dalam QS. An Nisaa’: 59 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan pemimpin di antara kalian. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya”.
      Secara konsepsional, doktrin Islam yang utama adalah penekanannya pada ajaran perdamaian. Kata Islam sendiri bermakna damai, aman dan selamat. Sebuah simbol bahwa muara akhir dari ajaran ini adalah perdamaian. Tetapi dalam sejarahnya, konsepsi di atas tidak selalu seiring dengan perjalanan umat Islam, karena pada kondisi tertentu diperintahkan untuk berperang. Pada awal-awal lahirnya Islam, tidak kurang dari enam kali peperangan diikuti oleh Rasulullah, kendati dengan tujuan untuk menegakkan keadilan ekonomi, kesetaraan manusia dan bertahan dari penyerangan. Hal ini didukung oleh QS. An Nisaa’: 75: “Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan dan anak-anak yang semuanya berdo’a: Ya Tuhan Kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dan pertolongan dari-Mu”
      Demikian pula pada masa Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Peperangan yang dilakukan oleh mereka umumnya bermotifkan ekonomi, seperti penumpasan terhadap kelompok pembangkang yang enggan membayar zakat di masa Abu Bakar; pelebaran wilayah Islam, seperti yang terjadi pada masa Umar bin Khattab.

 
Mahasiswa Dalam Lintasan Sejarah
      Namun ada baiknya kita menengkok ke belakang dan belajar dari bentangan waktu yang telah kita lalui. Tidak dapat dipungkiri faktanya, bahwa mengawali dan mengakhiri pergantian abad 20, mahasiswa telah memelopori perubahan. Mereka, telah mencurahkan pikiran dan tenaga untuk mewujudkan perubahan akan kondisi yang jauh lebih baik.
      Sejarah mencatat bahwa mahasiswa mempunyai peranan penting dalam perrjalanan sejarah negeri ini. Mahasiswa membawa perubahan banyak terhadap bangsa ini. Runtuhnya rezim Sukarno yang totaliter, tumbangnya rezim Suharto yang otoriter juga oleh gerakan mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa aktivitas dan gerakan mahasiswa selalu dilandasi oleh kekuatan moral ‘moral force‘ dan tidak berlandaskan kepentingan.
      Perubahan yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari partisipasi aktif, positif dan konstruktif dari mahasiswa. Apapun kondisi kekinian yang tengah berlangsung dilihat dari sudut pandang manapun, bahwa mahasiswa adalah the most important society. Tidaklah berlebihan bilamana masa lalu, kini dan akan datang adalah milik mahasiswa dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya. Dengan cara sesederhana apapun, bila kita melakukan penelusuran, akan terungkap bahwa hampir semua pemimpin adalah mantan mahasiswa.
      Tiada perubahan tanpa adanya kebijakan, Namun tentunya kita juga berharap, mahasiswa sebagai agen perubahan dapat mengkritisi atau menolak sekalipun kebijakan pemerintah, tanpa harus memunculkan bentrokan, pengrusakan yang dapat menggangu situasi dan aktivitas masyarakat banyak. Semoga citra buruk mahasiswa pelopor kebangkitan zaman neolitikum modern, dimana setiap masalah lebih praktis dihadapi dengan batu  dapat diperbaiki kembali saat ini menuju sebuah harapan dan cita-cita menyandang pridikat mahasiswa ideal yang sesungguhnya. Wallahu A’lam

“Idealism is behavior or thought based on a conception of things as they should be or as one would wish them to be; idealization” 

Valentine's Day dan Konspirasi Liberalisasi Budaya


Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
” (Surah Al-An’am : 116)
Liberalisme kini telah menyelinap dalam berbagai sendi kehidupan. Liberalisme yang dilandasi sekularisme ini tidak hanya mewarnai sistem ekonomi, sistem hukum, dan sistem politik, namun juga dapat kita rasakan dalam kehidupan budaya. Makin terasa adanya pergeseran nilai. Salah satu budaya liberal yang mewarnai kehidupan masyarakat kita adalah perayaan ”Hari Kasih Sayang”.

Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelosok Indonesia. Terlebih lagi dipertengahan bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau  iklan-iklan) untuk mengekspos dan melestarikan budaya penyembah berhala zaman Romawi kuno ini. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik, hotel-hotel, organisasi-organisasi maupun kelompok-kelompok kecil berlomba-lomba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Kehebohan pun menghiasai halaman-halaman media massa dari media cetak dan elektronik. Mall dan pusat perbelanjaan sampai toko-toko kecil pun turut larut dalam kehebohan itu. sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki dengan iklan-iklan Valentine Day.
Kehebohan ini dikemas dengan sebutan yang indah, "Hari Kasih Sayang", yang mendorong semua orang untuk mengungkapkan cinta dan sayangnya kepada orang-orang dekat mereka khususnya pasangan. Namun sejatinya, kehebohan ini sarat dengan kampanye seks bebas dan desakralisasi keperawanan (keperawanan tak lagi dianggap ’suci’). Sungguh merupakan hal yang ironis apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah ‘kelam dan tragedi’ Valentine itu sendiri.
Kehebohan Valentine’s Day ini seiring-sejalan dengan pornoaksi. Hal ini bisa dilihat dari laris manisnya penginapan dan tempat-tempat pelesiran selama Valentinan yang dipesan dan didatangi oleh pasangan muda-mudi dan pria-wanita dewasa. Omset penjualan kondom yang melonjak juga menandakan bahwa kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini tidak jauh dari aktifitas seks bebas. Selama Valentinan, suasana memang didesain erotis dan dipadu dengan budaya konsumsi coklat yang mengandung Phenylethylamine dan Seratonin. Coklat ini memacu gairah ekstase dan erotis.
Kampanye Seks Bebas dan Budaya Liberal
Valentine’s Day yang diperingati setiap bulan Februari hanyalah salah satu sarana sekaligus momentum kampanye seks bebas, khususnya di kalangan generasi muda. Bulan Desember lalu, Hari AIDS se-Dunia juga dijadikan momentum yang sama.
Kampanye sekaligus praktik seks bebas sebetulnya sudah lama berlangsung dan dilakukan secara luas. Hal itu bisa dilihat dari beberapa data hasil penelitian. Misalnya, berdasarkan hasil survei Komnas Anak dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 propinsi pada tahun 2007 terungkap sebanyak 62,7 % anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak perawan. Sebanyak 21,2 % anak SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi.
Perilaku seks bebas yang marak itu dipengaruhi oleh budaya liberal. Muncul dan menyebarnya budaya liberal di Tanah Air bukanlah proses yang berlangsung alami, tetapi merupakan hasil dari proses liberalisasi budaya yang dijalankan secara sistematis dan terorganisir. Liberalisasi budaya juga tidak jauh-jauh dari rekayasa Barat.
Budaya liberal atau budaya bebas itu bukanlah berasal dari ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini. Budaya itu lebih merupakan budaya Barat yang mengusung nilai-nilai liberal yang dimasukkan (baca: dipaksakan) ke tengah-tengah masyarakat negeri ini. Jadi berkembangnya budaya liberal di Tanah Air itu tidak lepas dari konspirasi Barat.
Liberalisasi Budaya dan Motif Penjajahan
Agenda liberalisasi budaya oleh Barat terhadap negeri Muslim tidak lepas dari motif penjajahan. Dengan liberalisasi budaya itu masyarakat di negeri-negeri Muslim, termasuk masyarakat negeri ini, akan kehilangan identitas lalu memakai baju Barat atau bahkan mengekor identitas Barat tanpa lagi mempertimbangkan halal atau haram. Bahkan hal tersebut telah dijelaskan Rasulullah: "Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga mereka masuk ke dalam lubang biawak kamu tetap mengikuti mereka (Yahudi dan Nasrani).”. (HR. Bukhori-Muslim).
Barat hanya menginginkan masyarakat, khususnya generasi muda, berpenampilan Barat, tetapi kosong dari produktivitas, daya inovasi dan kemajuan sains dan teknologi seperti halnya Barat. Dengan begitu masyarakat negeri ini hanya akan menjadi pengekor Barat. Akhirnya, penjajahan dan penghisapan oleh Barat pun tidak akan dipermasalahkan karena Barat dijadikan panutan. Dengan mengadopsi gaya hidup Barat, masyarakat negeri ini pun akan menjadi pasar besar bagi produk-produk Barat.
Konspirasi itu bukan hanya isapan jempol belaka. Namun benar-benar nyata adanya. Secara i’tiqadi, Al Quran telah menginformasikan bahwa orang-orang kafir secara keseluruhan akan terus memerangi umat islam, baik secara fisik maupun pemikiran, agar umat Islam keluar dari Islam (QS. Al Baqarah: 217).
Secara faktual konspirasi liberalisasi budaya itu bisa dirasakan. Konspirasi itu setidaknya dijalankan melalui: Pertama, pada tingkat falsafah dan pemikiran dilakukan dengan menanamkan paham sekularisme, liberalisme dan hedonisme. Sejatinya budaya bebas itu berpangkal dari ketiga paham tersebut. Sekularisme adalah ide dasar yang mengesampingkan peran agama dari pengaturan kehidupan. Sekularisme menuntun manusia untuk menempatkan agama hanya pada ranah individu dan wilayah spiritual saja. Sekularisme itu ‘mengharamkan’ agama ikut andil dalam mengatur kehidupan. Sekularisme mengajaran bahwa manusia bebas mengatur hidupnya tanpa campur tangan Sang Pencipta.
Inilah inti dari paham liberalisme, yakni paham yang menanamkan keyakinan bahwa manusia bebas mengelola hidupnya. Paham liberalisme ini mengagungkan kebebasan individu, baik dalam berpendapat, berperilaku, beragama maupun dalam kepemilikan.
Liberalisasi budaya itu dikemas dalam berbagai program secara internasional yang dikawal oleh PBB dan lembaga-lembaga internasional. PBB mengeluarkan berbagai konvensi dan kesepakatan internasional terkait dengan isu HAM, kesetaraan gender, dan lain-lain, semisal Konvensi tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (CEDAW), kesepakatan Konferensi Kependudukan (ICPD), MDGs, BPFA dan lain-lain yang spiritnya sama-sama menuntut kebebasan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Kemudian negara-negara Dunia Ketiga (termasuk negeri-negeri Muslim) diharuskan (dipaksa) meratifikasi semua itu. Lahirlah berbagai UU yang melegalkan kebebasan. Ada pula program kampanye dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang sejatinya mengkampanyekan seks bebas asal aman; program kondomiasasi, dan program harm reduction, serta yang paling nampak saat ini adalah dengan mengemas sebuah moment kematian pendeta dengan sebutan Valentine’s Day yang mampu menggiring opini masyarakat dan meyakininya sebagai hari kasih sayang.
Liberalisasai budaya yang sudah berjalan secara luas itu telah banyak menelan korban; di antaranya puluhan ribu orang terkena HIV/AIDS, jutaan kehamilan diaborsi, jutaan pecandu narkoba, rusaknya keharmonisan jutaan keluarga, ribuan anak-anak terlantar, ekspolitasi perempuan, kejahatan seksual, dan sebagainya.
Budaya liberal itu hanyalah buah dari diterapkannya sistem sekular dengan sistem Kapitalismenya yang mengagungkan ide kebebasan (liberalisme). Karena itu, sudah selayaknya umat Islam mencabut ideologi dan sistem sekular seperti saat ini yang telah menumbuhkan budaya liberal dan nyata-nyata menimbulkan banyak persoalan kemanusiaan dan kerusakan atas umat manusia.
Sebagai gantinya, sekaligus untuk memperbaiki dan menyelamatkan umat serta mengembalikan menjadi umat luhur, sudah saatnya kita kembali pada tatanan kehidupan yang didasarkan pada syariah Islam. Sebab, hanya Islamlah dengan serangkaian sistemnya yang merupakan satu-satunya solusi bagi seluruh problem dan persoalan hidup manusia. Allah SWT berfirman:
“Hukum Jahiliahkah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al Maidah: 50).
Hanya sistem Islamlah yang akan mampu memberikan kebaikan dan kehidupan yang membawa kebaikan bagi umat manusia. Rasulullah besabda: “Telah Aku tinggalkan dua perkara kepada kalian dimana ketika kalian berpegang teguh terhadap keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Keduanya adalah Kitab Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah”.
Wallohu a’lam
(Achmad Firdaus, S.Si)